Asmu'iy dan Zainal abidin ; Cucu Rasulullah

Ma kullu ilmin yustafadu dirosatuhu * la siyaman ilmuna az zahru al wahbiyyu

ما كل علم يستفاد دراسته # لاسيما علمنا الظاهر الوهبي

“Tidaklah semua ilmu hanya bisa dicari dengan mempelajarinya, namun ilmuku adalah pemberian dari sang maha mengetahui”.

Ilmu sufi adalah ilmu wahbi ; ilmu pemberian langsung dari Allah swt, yang didapat hanya dengan jalan ketakwaan.

Sebagai penegas, terdapat cerita menajubkan dari tokoh panutan kita, Zainal Abidin, cucu nabi Muhammad saw.

Dalam sebuah riwayat, bersumber dari al asmu’iy, bahwasannya Al Asmu’iy pernah berjumpa dengan sekelompok anak-anak yang sedang asik bermain dengan cerianya, namun ditengah tengah kecerian tersebut Asmu’iy mendapati ada sosok bocah kecil yang tidak ikut ceria Bermain Santai bersama, bahkan ia tampak menangis tersedu-sedu, anak tersebut kira-kira berumur 6 tahun. 
Asmu’iy mengira bahwa ia adalah salah satu dari anak yatim kota tersebut. Tanpa berpikir panjang,  Asmu’iy bergegas menghampirinya ingin mencari tahu penyebab mengapa bocah itu tidak bermain dengan teman-teman sebayanya. 

Asmu’i bertanya, “wahai Anakku, mengapa engkau tidak bermain nak...?. 
Bocah itu terdiam, tak menyahut jawaban.
Lalu Asmu’iy mengulangi pertanyaan tersebut sebanyak tiga kali. Karena tak juga dijawab, hingga sampai pd pertanyaan ketiga, anak itu menjawab, 
“wahai paman ; aku tidaklah diciptakan untuk bermain”

Terperanjatlah Asmu’iy mendengar jawaban yang jauh dari dugaan sebelumnya, Asmu'iy tiba tiba langsung menangis menetes tersedu-sedu mendengarkan jawaban anak tersebut seraya berkata untuk kedua kalinya. 

Wahai anakku, engkau masih kecil, tiada hisab atas segala perbuatanmu wahai anaku. 
Anak tersebut menjawab, 
Wahai pamanku, saya telah melihat ibu menyalakan api dengan kayu ranting kecil, kemudian ibu meletakkan lagi kayu yang lebih besar diatasnya, maka membesarlah api tersebut. 
Asmu’iy pun semakin terperanjat dan tak sadar dgn keras tangisnya.

“wahai anakku, jadi apa yang akan engkau lakukan dalam hidupmu wahai anakku…? Tanyanya.

“Sungguh aku telah mengetahui bahwasannya setiap detik-detik umurku lebih berharga dari dunia dan seluruh isinya, karena itulah, aku akan menggunakan umurku hanya untuk sesuatu yang lebih berharga dari dunia dan seisinya”. Jawab anak itu.

Lalu sadarlah Asmu’iy akan keberadaan kedudukan maqam anak tersebut, anak tersebut bukanlah anak biasa. Kemudian ia bertanya kepadanya, “wahai anakku siapakah gerangan engakau…?.

Paman “saya adalah Ali bin imam Husein" 

Anak itu sekarang  dikenal dengan banyak sebutan dan julukan ;
Zainal Abidin ; orang yang selalu beribadah, 
Zainal ibad (Penghias Ahli ibadah)
Zain as sajjad (Penghias ahli sujud) dan lain-lain julukan indah disematkan kepada beliau. Subhanalloh.

Dijuluki sebagai  As Sajjad (Org yg banyak bersujud)
Sujud adalah sebuah Nikmat yg tiada Tara dirasakan olehnya, anugrah tertinggi dirasakan olehnya, karena telah ditakdirkan Tuhan pernah bersujud di atas Muka bumi Nya.

Shalat 2 Rakaat tersebut dilakukannya, namun setelah Salam, kegembiraan dan rasa syukur luar biasa menghampiri nya, serasa tak ingin berpisah dengan Sujud nya.

Iapun bangkit bertakbir, shalat 2 rakaat keduakalinya, setelah salam rasa itupun semakin menghampirinya. Kecintaan, rasa syukur dimampukan bersujud, kedekatannya dgn Tuhannya, semakin berkecamuk bercampur tak karuan.

Salamnya menghantarkan kembali utk takbir melaksanakan Shalat Sunnah....

Begitulah dilakukan, hingga entah berapa Ratus Rakaat Ia lakukan.

Kesadaran Posisi diri dihadapan Tuhan (Muraqabah), menjadi kenikmatan tersendiri baginya.

Penulis
Fasilitator Bimwin Nasional
Kepala KUA Balikpapan Utara

Komentar

Postingan Populer